July 10, 2025
Ulasan FIlm Sosok Ketiga

Berikut ini Ulasan FIlm Sosok Ketiga – Industri film horor Indonesia kembali menyapa layar lebar dengan karya terbarunya, “Sosok Ketiga“. Film yang disutradarai oleh Dedy Mercy ini mencoba menyelami kengerian yang berakar pada isu kehidupan rumah tangga dan praktik ilmu hitam, menghadirkan teror yang tak hanya mengandalkan jumpscare, tapi juga menelisik sisi psikologis dan spiritual.

Lantas, apakah “Sosok Ketiga” berhasil memberikan pengalaman menakutkan yang baru atau justru terjebak dalam klise horor konvensional? Mari kita ulas lebih dalam.

Dirilis pada pertengahan tahun ini, “Sosok Ketiga” membawa premis yang cukup menarik: sebuah rumah tangga yang berantakan akibat poligami, diwarnai dengan kehadiran entitas gaib yang menuntut haknya.

Film ini dibintangi oleh deretan nama yang tak asing di kancah perfilman Indonesia, seperti Celine Evangelista, Erika Carlina, dan Samuel Rizal, yang berupaya membawakan karakter mereka dengan kedalaman emosi di tengah situasi yang mencekam.


Ketika Janji Pernikahan Jadi Gerbang Teror

Inti cerita “Sosok Ketiga” yang diulas oleh Ngefilm berpusat pada sepasang suami istri, Yuni (diperankan oleh Celine Evangelista) dan Anton (Samuel Rizal). Kehidupan mereka yang mulanya harmonis mendadak goyah ketika Yuni memutuskan untuk menikahi Anton, yang notabene sudah beristri.

Ini bukan sekadar pernikahan biasa, melainkan melalui proses gaib yang disebut “kawin batin” atau “kawin santet”. Dari sinilah, teror mulai merayap masuk ke dalam rumah tangga mereka.

Sosok ketiga yang dimaksud dalam judul bukan hanya tentang istri pertama Anton, Nisa (Erika Carlina), melainkan juga kehadiran entitas gaib yang merasa memiliki hak atas Anton. Yuni, yang mulanya bahagia dengan pilihannya, perlahan mulai dihantui kejadian-kejadian aneh. Gangguan mistis tak hanya menyerang dirinya, tapi juga orang-orang di sekitarnya, bahkan janin yang dikandungnya. Plot ini berusaha mengeksplorasi konsekuensi dari tindakan yang melanggar norma dan janji, apalagi melibatkan kekuatan spiritual gelap.


Lebih dari Sekadar Jumpscare: Horor Psikologis dan Moral

Salah satu poin kuat yang diusung “Sosok Ketiga” adalah upayanya untuk tidak hanya bergantung pada jumpscare murahan. Film ini mencoba membangun ketegangan melalui atmosfer yang mencekam dan horor psikologis. Penonton diajak merasakan ketidaknyamanan yang dialami Yuni, bagaimana pikirannya terkoyak antara keyakinan, ketakutan, dan penyesalan.

Konflik moral menjadi inti lain yang patut diperhatikan. Keputusan Yuni yang “mengambil” suami orang melalui cara tak wajar ini menjadi fondasi bagi semua teror yang datang. Ini seolah menjadi peringatan tentang karma atau balasan dari perbuatan yang melanggar etika dan agama. Film ini mengangkat pertanyaan tentang konsekuensi dari keserakahan, obsesi, dan penggunaan ilmu hitam untuk mencapai keinginan.

Performa para aktor, khususnya Celine Evangelista, patut diacungi jempol. Ia berhasil memerankan karakter Yuni yang terombang-ambing antara kebahagiaan semu dan penderitaan batin dengan cukup meyakinkan. Ekspresi ketakutan dan keputusasaan Yuni terasa sampai ke penonton, membuat kita ikut merasakan beban yang dipikulnya. Erika Carlina sebagai Nisa juga mampu membawakan perannya sebagai istri yang tersakiti dengan emosi yang kuat, menambah lapisan drama dalam horor yang disajikan.


Visual dan Audio: Membangun Suasana Mencekam

Dari segi teknis, Dedy Mercy dan timnya mencoba memaksimalkan elemen visual dan audio untuk menciptakan suasana horor yang efektif. Penggunaan lighting yang redup, sudut kamera yang tidak biasa, dan sound design yang menyeramkan berhasil membangun atmosfir mencekam. Efek-efek khusus untuk penampakan sosok gaib juga dieksekusi dengan cukup baik, meski terkadang masih terasa familiar bagi penggemar horor berpengalaman.

Meskipun demikian, ada beberapa momen di mana pacing cerita terasa sedikit lambat, terutama di awal, yang bisa membuat penonton kehilangan fokus. Beberapa elemen cerita juga mungkin terasa klise bagi penikmat horor yang sudah sering menonton film sejenis. Namun, secara keseluruhan, “Sosok Ketiga” berhasil menghadirkan teror yang cukup meresahkan, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap isu spiritual dan kepercayaan.


Kesimpulan: Horor yang Mengajak Merenung

Sosok Ketiga” adalah film horor yang tidak hanya menjajakan ketakutan sesaat, melainkan juga mengajak penonton untuk merenung tentang konsekuensi dari perbuatan dan pilihan hidup. Dengan premis yang berani mengangkat praktik ilmu hitam dalam konteks rumah tangga, film ini mencoba memberikan dimensi horor yang berbeda.

Bagi Anda penggemar film horor yang mencari tontonan dengan nuansa mistis kental, dan tidak keberatan dengan drama yang cukup kuat, “Sosok Ketiga” patut masuk watchlist Anda. Film ini akan membuat Anda bertanya-tanya: Sejauh mana Anda bersedia pergi demi cinta, dan apa konsekuensi dari janji yang dilanggar, terutama jika melibatkan pihak tak kasat mata? Siapkan mental Anda untuk merasakan teror yang datang dari “Sosok Ketiga” ini!

About The Author