November 9, 2025

Kalau kalian baru dua bulan kerja di dunia pengelasan, mungkin sekarang masih di fase “belajar sambil panik”. Saya tahu rasanya, tangan gemetaran waktu pertama kali pegang alat potong, suara mesin berisik kayak konser rock, dan senior bilang, “Hati-hati, besi nggak bisa diajak bercanda.”

Lucunya, memang benar. Logam itu jujur. Dia menunjukkan semua kesalahan kalian, dari hasil potongan yang miring, las yang belepotan, sampai permukaan yang gosong. Dan biasanya, semua itu karena kesalahan kecil yang sering diremehkan.

Nah, biar kalian nggak ikut-ikutan bikin “drama di bengkel”, mari kita bahas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi saat bekerja dengan logam, beserta cara menghindarinya.

1. Terlalu Cepat Pengen Selesai

Kesalahan klasik para pemula.

Banyak orang baru langsung ngebut waktu kerja, seolah dikejar setan atau deadline mengelas yang bisa meledak kapan aja. Padahal, kecepatan tanpa presisi itu sama aja kayak masak nasi di api besar, matang di luar, mentah di dalam.

Kalau kalian kerja dengan logam, jangan buru-buru. Setiap langkah butuh ritme. Dari pemotongan, pengelasan, sampai finishing, semua ada temponya. Percaya deh, hasil akhir yang rapi itu datang dari sabar dan stabil, bukan dari siapa yang paling cepat.

2. Lupa Mengecek Permukaan Logam Sebelum Dikerjakan

Kalian tahu nggak, banyak hasil kerja gagal cuma karena logamnya kotor?

Debu, minyak, bahkan karat halus bisa bikin sambungan logam nggak nempel sempurna. Saya pernah lihat seorang anak baru yang udah kerja 5 jam, tapi hasilnya nggak nempel satu pun, cuma karena dia lupa lap permukaannya sebelum dilas.

Trik sederhana: sebelum mulai, selalu bersihkan logam dengan sikat kawat atau amplas halus. Sekilas sepele, tapi efeknya luar biasa.

3. Menganggap Semua Logam Itu Sama

Ini kesalahan yang paling sering dan paling mahal.

Setiap logam punya karakter sendiri. Baja ringan beda sama aluminium. Stainless beda lagi. Kalau kalian pakai suhu, tekanan, atau alat yang sama untuk semua, hasilnya pasti amburadul.

Contohnya, saat kalian melakukan las stainless steel, suhu yang terlalu tinggi bisa bikin warna logam berubah atau bahkan retak halus yang nggak kelihatan kasat mata. Dan itu bisa berbahaya kalau bagian itu dipakai di struktur berat.

Pelajarannya? Kenali dulu bahan kalian. Jangan asal nyalain mesin dan berharap hasilnya “beres”.

4. Salah Pilih Alat

Satu alat nggak bisa untuk semua pekerjaan.
Sayangnya, banyak pemula yang berpikir, “Yang penting bisa motong.”

Padahal, alat pemotong logam punya variasi: untuk potong kasar, potong halus, bahkan untuk bentuk melengkung. Kalau kalian salah pilih, bisa-bisa logamnya rusak, dan mata potong cepat tumpul.

Bayangkan aja kayak pakai sendok buat ngupas mangga. Bisa sih… tapi hasilnya acak-acakan.

5. Nggak Punya Kebiasaan Mengecek Ulang

Pekerjaan logam itu mirip sama main puzzle. Satu bagian salah, semuanya bisa kacau.

Sayangnya, banyak pekerja baru yang nggak mau ngecek hasil kerja sebelum lanjut ke langkah berikutnya. Akibatnya? Potongan miring, lubang nggak sejajar, dan sambungan nggak pas.

Biasakan untuk berhenti sejenak dan lihat ulang hasil kerja kalian. Ambil penggaris, ukur ulang, pastikan semuanya presisi. Sedikit repot, tapi jauh lebih murah daripada memperbaiki hasil kerja yang gagal.

6. Abaikan Keselamatan Diri

Ini bukan cuma kesalahan, tapi dosa besar di dunia las dan bengkel.

Saya tahu, pakai pelindung muka itu gerah, sarung tangan bikin ribet, dan helm bikin rambut acak-acakan. Tapi percaya deh, satu percikan logam cair di kulit aja bisa bikin kalian cuti panjang.

Gunakan selalu pelindung diri: masker, sarung tangan, kacamata, dan sepatu safety. Logam nggak peduli kalian baru kerja dua minggu atau dua dekade, kalau nggak siap, dia akan melukai.

7. Malas Merawat Peralatan

Alat kerja itu kayak rekan kerja kalian, kalau kalian rawat, dia setia. Tapi kalau kalian cuek, dia bisa “mogok”.

Sering kali alat potong jadi tumpul atau mesin las macet cuma karena jarang dibersihkan. Padahal cuma butuh waktu 5 menit setiap akhir shift buat lap, buang debu, dan simpan dengan benar.

Saya pernah lihat satu mesin las ngadat di tengah proyek besar, dan itu bikin kerjaan satu tim berhenti total. Sejak itu, saya nggak pernah malas bersihin alat lagi.

8. Mengabaikan Suhu dan Pendinginan

Logam itu sensitif sama panas. Terlalu panas, dia melengkung. Terlalu cepat didinginkan, dia bisa retak.

Beberapa pekerja baru sering “main cepat”, langsung nyiram logam panas dengan air biar cepat bisa dipegang. Padahal itu cara tercepat bikin logam stres dan rusak struktur dalamnya.

Solusinya sederhana: biarkan logam dingin alami. Sambil nunggu, kalian bisa bersihin area kerja atau siapkan langkah berikutnya.

9. Tidak Peka terhadap Suara dan Getaran

Mesin logam itu selalu bicara, tapi bukan lewat kata-kata, lewat suara dan getaran.

Kalau kalian dengar bunyi aneh, getaran tak biasa, atau percikan yang berbeda dari biasanya, itu tanda ada yang salah. Mungkin alat tumpul, mungkin arus listrik nggak stabil.

Jangan abaikan sinyal itu. Dengarkan mesin kalian, karena dia sering lebih jujur daripada laporan harian.

10. Terlalu Takut untuk Bertanya

Ini kesalahan paling manusiawi, tapi juga paling berisiko.

Banyak pekerja baru malu nanya karena takut dibilang nggak bisa. Padahal semua orang di industri ini pernah jadi “anak baru”. Bahkan senior kalian dulu juga pernah salah ngelas, salah potong, atau bahkan salah nyalain mesin.

Jadi, jangan malu. Kalau ragu, tanya. Dunia pengelasan dan kerja logam bukan tempat buat sok tahu, ini soal keselamatan dan tanggung jawab.

Kesimpulan: Logam Menghargai Ketelitian

Bekerja dengan logam itu bukan sekadar soal kekuatan fisik, tapi juga ketelitian dan rasa hormat terhadap material.
Setiap goresan, setiap percikan, semuanya punya makna.

Kalau kalian bisa menghargai prosesnya, dari persiapan, alat, sampai keselamatan diri, maka logam akan “balas hormat” dengan hasil yang solid, rapi, dan tahan lama.

Dan ingat, kesalahan itu bukan musuh, tapi guru. Selama kalian mau belajar, setiap potongan logam yang gagal akan membawa kalian satu langkah lebih dekat menuju hasil kerja yang sempurna.

About The Author